Suatu malam, aku terbangun dari tidurku. Udara di dalam kamar kontrakan terasa pengap, lampu redup di sudut ruangan menyoroti bayanganku yang perlahan duduk di atas kasur tipis. Aku mencoba mengumpulkan kesadaranku, napas ditarik perlahan. Masih jelas dalam ingatanku, mimpi yang baru saja kualami — tentang ayah dan ibu di kampung halaman. Senyum mereka, suara lembut mereka, semuanya terasa begitu nyata hingga membuat hatiku bergetar.
Mungkin aku memang sedang sangat merindukan mereka. Sudah berbulan-bulan aku merantau di kota besar ini, mengejar cita-cita yang dulu kami impikan bersama. Kota ini memang penuh peluang, tapi juga penuh kesepian. Di tengah hiruk-pikuk jalanan dan gedung-gedung tinggi, sering kali aku merasa seperti kehilangan arah.
Bimbang pun kerap datang, mengusik keyakinanku. Aku bertanya dalam hati, apakah semua perjuangan ini sepadan dengan pengorbanan yang kubayar?Namun, ingatan tentang orangtuaku selalu menjadi alasan untuk terus melangkah. Mereka menaruh harapan besar padaku, berharap aku bisa meraih kehidupan yang lebih baik. Aku tahu bahwa aku tidak boleh menyerah. Setiap kesulitan yang kuhadapi di sini bukan hanya tentang diriku sendiri, tetapi juga tentang membalas kasih sayang dan perjuangan mereka yang telah membesarkanku dengan segala keterbatasan.
Di balik segala kekurangan dan kesendirian ini, aku justru belajar banyak hal. Aku belajar bertahan hidup, belajar menghadapi ketidakpastian, dan yang terpenting, belajar mengenal diriku sendiri. Setiap hari adalah pelajaran baru. Ada kalanya aku terjatuh, ada kalanya aku bangkit dengan lebih kuat. Meski lelah, aku terus berusaha menemukan kekuatan baru dalam diriku, agar bisa melanjutkan perjalanan ini dengan penuh keyakinan.
Dan malam itu, setelah lama termenung, aku kembali merebahkan tubuhku. Kupejamkan mata dengan satu tekad di hati — esok akan menjadi hari baru, satu langkah lebih dekat menuju impian yang kucita-citakan, dan sebuah janji yang ingin kutepati untuk kedua orangtuaku di kampung halaman.
Tags
Cerita Kehidupan